PERNAHKAH Anda melihat belut atau lindung? Bertubuh
panjang sekitar 30 cm dilumuri cairan licin yang ada di tubuhnya dan
hidup di lubang persawahan maupun sungai? Tetapi belut atau akrab
disebut morea oleh masyarakat di Desa Waai, Kecamatan Salahutu,
Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, tampak lain dengan biasanya.
Belut dengan bahasa ilmiahnya Monopterus albrus di sini
berukuran sangat besar, bisa dibilang monster. Panjangnya yang mencapai
hampir 1,5 meter ini membuat kami terkejut melihatnya.
Sungai tempat hewan ini hidup, jika dilihat sekilas tak ada tanda-tanda keanehan di sini. Tetapi rasa penasaran kami pun memuncak setelah sang pawang mengajak kami menyeberangi sungai dengan arus cukup deras.
Karena mencium bau amis dari dari telur itulah belut-belut berukuran besar naik ke permukaan dan menghampiri telur untuk memakannya. Sebelumnya kami tak berani memegang belut besar ini karena melihat dengan lahapnya menghabiskan ikan momar. Tetapi sang pawang pun berbicara kepada kami, "Morea baik, tidak menyerang manusia".
Akhirnya kami pun memberanikan diri untuk memegangnya, tetapi karena bobot belut yang berat dan licin itulah kami tidak bisa mengangkat hingga ke permukaan sungai. Dengan rasa senang, kami pun mencoba memberi makan belut-belut hingga celana yang kami pakai basah terendam air.
Sungguh sebuah pengalaman takkan terlupakan dapat melihat dan mengabadikan gambar belut besar yang akan mengalami kepunahan jika tidak dilestarikan dengan baik oleh masyarakat sekitar. (SENDY ADITYA SAPUTRA)
Sungai tempat hewan ini hidup, jika dilihat sekilas tak ada tanda-tanda keanehan di sini. Tetapi rasa penasaran kami pun memuncak setelah sang pawang mengajak kami menyeberangi sungai dengan arus cukup deras.
Belut raksasa atau morea di Desa Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Entah apa yang dilakukan oleh sang pawang. Sang pawang pun mengeluarkan
telur dari dalam plastik. Tak sampai 1 menit, kami dikagetkan oleh
segerombolan belut besar keluar dari bawah bebatuan yang ada di sungai
tersebut.Karena mencium bau amis dari dari telur itulah belut-belut berukuran besar naik ke permukaan dan menghampiri telur untuk memakannya. Sebelumnya kami tak berani memegang belut besar ini karena melihat dengan lahapnya menghabiskan ikan momar. Tetapi sang pawang pun berbicara kepada kami, "Morea baik, tidak menyerang manusia".
Akhirnya kami pun memberanikan diri untuk memegangnya, tetapi karena bobot belut yang berat dan licin itulah kami tidak bisa mengangkat hingga ke permukaan sungai. Dengan rasa senang, kami pun mencoba memberi makan belut-belut hingga celana yang kami pakai basah terendam air.
Belut raksasa atau morea di Desa Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Masyarakat di sekitar pun terus melestarikan keberadaan belut-belut
besar ini sebagai wisata menarik di Negeri Larike. Menurut kepercayaan
masyarakat di daerah ini jika memakan hewan ini dapat menimbulkan
masalah besar dalam hidupnya dan akan terkena hukum adat pula. Sungguh
mengerikan!Sungguh sebuah pengalaman takkan terlupakan dapat melihat dan mengabadikan gambar belut besar yang akan mengalami kepunahan jika tidak dilestarikan dengan baik oleh masyarakat sekitar. (SENDY ADITYA SAPUTRA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar