Tradisi saling melempar dan menyiram air menyambut bulan Ramadhan terjadi di Kota Semarang, Rabu (25/6/2014) sore.
Warga dari Rt 04 dan 05 Kelurahan Purwadinatan, Kecamatan Semarang Tengah melarungkan tradisi unik itu. Tepat pukul 15.00 WIB, tradisi melempar air itu dimulai.
Seperti halnya tradisi melempar tomat di Spanyol, tradisi lempar air meriah dan berlangsung hampir selama 1,5 jam. Tradisi ini digelar setiap tahun yang dipusatkan di Kampung Bustaman.
Hari Bustaman selaku sesepuh Kampung Bustaman Semarang menjelaskan, tradisi Gebyur Bustaman sudah berlangsung setiap tahun. Gebyur dengan air merupakan simbol pembersihan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan.
“Tradisi itu ini kami laksanakan jelang Ramadhan. Tradisi ini untuk melanggengkan kebiasaan leluhur kampung, Kiai Bustaman yang mamandikan cucunya menjelang bulan Ramadhan,” kata Hari yang ditemui wartawan dalam keadaan basah kuyup, Rabu (25/6/2014).
Air yang diambil untuk tradisi gebyur itu disiapkan oleh warga setempat. Setiap keluarga bisa mempersiapkan sebanyak mungkin bungkusan air. Warga juga diminta bergotong-royong menyiapkan makanan yang nantinya disajikan seusai gebyur air Bustaman digelar.
Proses gebyuran pun berlangsung dengan lancar dan dalam keadaan penuh sukacita. Setiap warga yang terkena air atau dilempar air tidak diperbolehkan marah. Bahkan, anak kecil pun berani melempar air kepada yang lebih tua. Keadaan tersebut berulang hingga air yang disiapkan habis.
Dengan demikian, semua yang hadir tampak basah dengan air, tak terkecuali dengan wartawan yang meliput acara ini.
Selain memakai bungkus plastik, warga juga menyiramkan air dengan menggunakan peralatan dapur seperti baskom, ember dan peralatan lainnya.
Salah seorang warga, Lisa Aprilia (18) mengaku sangat antusias mengikuti gebyur air Bustaman ini. Dia mengaku hanya sekali ini mengikuti tradisi unik tersebut dan ingin mengulangnya pada tahun depan.
"Rasanya senang sekali, kita yang digebyur tidak boleh marah. Acaranya seru banget, saya tadi nyiapkan 150 bungkus plastik air berwarna-warni, tapi semuanya sudah habis," ujar Lisa dalam keadaan basah kuyup.
Setelah prosesi gebyur air selesai, warga dipersilakan makan makanan yang disiapkan sebelumnya. Warga yang ada di lokasi gebyuran diwajibkan makan dan minum, dan tidak diperkenankan menolak hidangan yang ada.
“Setelah selesai semuanya, kami persilakan warga untuk makan nasi gudangan dan minum teh hangat,” ujar salah seorang warga, Muhammad Yusuf.(kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar